Ki Hadjar Dewantara: Warisan Pendidikan Indonesia
"Ilustrasi gambar Pendidikan Indonesia: Ki Hadjar Dewantara bersama para siswa Taman Siswa di Yogyakarta (1922)". (Sumber: Wikipedia-Pixabay).
Sekolah Yang Didirikan Ki Hadjar Dewantara?. Ki Hadjar Dewantara, atau sebenarnya bernama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, adalah tokoh penting dalam sejarah pendidikan Indonesia.
Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta dan dikenal sebagai pelopor Pendidikan Nasional yang menekankan prinsip kebebasan, kemandirian, dan keberagaman.
Salah satu kontribusi monumentalnya adalah membangun sekolah yang memberikan landasan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Inilah kisah di balik sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Taman Siswa: Sumbangsih Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara mendirikan "Taman Siswa" pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Taman Siswa merupakan sekolah pertama yang menerapkan prinsip-prinsip pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara.
Prinsip-prinsip tersebut melibatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, pendidikan karakter, dan pengembangan potensi individu.
Ketika pertama kali berdiri, lembaga pendidikan ini diberi nama “National Onderwijs Institut Taman Siswa”, sebuah wujud dari gagasan Ki Hadjar Dewantara bersama teman-temannya di paguyuban Sloso Kliwon.
Saat ini, Taman Siswa memiliki pusat di Balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan telah membuka 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara terkandung dalam konsep “Ing Ngarsa Sung Tuladha, (yang) di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa, (yang) di tengah membangun kemauan/ inisiatif), Tut Wuri Handayani, (dari belakang mendukung)". Konsep ini dikenal sebagai Patrap Triloka yang menjadi panduan bagi para Guru di Taman Siswa.
Istilah "Ing Ngarso Sung Tulodo" mengandung makna bahwa seorang pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan bagi bawahannya. Sebagai contoh nyata, seorang kepala sekolah dapat membimbing siswa dengan menunjukkan dedikasi tinggi terhadap pendidikan melalui partisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar, serta menunjukkan nilai-nilai integritas dan etika dalam setiap tindakannya. Dengan demikian, kepala sekolah memberikan inspirasi dan contoh positif yang dapat diikuti oleh seluruh komunitas sekolah.
Sementara itu, "Ing Madyo Mbangun Karso" menunjukkan bahwa di tengah kesibukan, seseorang juga perlu memiliki keterampilan untuk menginspirasi semangat dan antusiasme. Sebagai contoh, seorang pemimpin tim dapat menciptakan atmosfer yang dinamis dan mendukung di tengah-tengah tugas-tugas yang padat, dengan memberikan pengakuan terhadap pencapaian, memotivasi anggota tim, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Dengan demikian, kesibukan tidak hanya dianggap sebagai beban, tetapi juga sebagai peluang untuk membangun semangat dan kinerja yang tinggi.
Kemudian, "Tut Wuri Handayani" menekankan bahwa seseorang perlu memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif dan kolaborasi tim. Sebagai contoh konkret dari konsep ini, dapat terlihat ketika seorang guru secara cermat mengamati, mengikuti perkembangan, dan memberikan arahan kepada anak didik dari belakang, bertujuan untuk memandu mereka dengan lembut dalam menerapkan pembelajaran yang telah diterima. Dengan demikian, konsep Tut Wuri Handayani menekankan peran pemandu yang memberikan dukungan moral dan bimbingan kepada individu atau kelompok, menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif dan kolaborasi tim di dalam proses pembelajaran.
Filosofi Ki Hadjar Dewantara ini mengajarkan nilai-nilai kebijaksanaan, keberanian, dan kasih sayang. Pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara tidak hanya bertujuan mencetak sejarahwan, tetapi juga mengembangkan manusia yang berakhlak mulia.
Ki Hadjar Dewantara mengembangkan konsep ini setelah ia mempelajari sistem pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh Maria Montessori di Italia dan Rabindranath Tagore di India dan Benggala.
Hingga sampai saat ini, Patrap Triloka tetap menjadi panduan dan pedoman utama dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Keberagaman dan Kesetaraan Pendidikan
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Visi Ki Hadjar Dewantara, salah satu aspek penting dan utama adalah pemberian hak pendidikan kepada seluruh lapisan masyarakat, tanpa memandang latar belakang etnis, agama, atau status sosial.
Ki Hadjar Dewantara menekankan betapa pentingnya keberagaman dan kesetaraan dalam membentuk karakter anak-anak Indonesia melalui pendidikan.
Perjuangan Ki Hadjar Dewantara
Perjuangan Ki Hadjar Dewantara tidaklah mudah. Beliau menghadapi berbagai perlawanan, termasuk perlawanan dari pihak kolonial BELANDA yang pada saat itu menguasai Indonesia.
Sekalipun menghadapi tantangan tersebut, semangat dan tekad beliau untuk memberikan pendidikan yang bermutu dan berkualitas kepada generasi muda tetap tidak tergoyahkan.
Warisan dan Pengaruh Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Meskipun Ki Hadjar Dewantara telah tiada, warisan pendidikannya terus hidup dan memberikan dampak besar dalam perkembangan pendidikan di Indonesia.
Banyak sekolah dan institusi pendidikan yang terinspirasi oleh filosofi dan prinsip-prinsip Ki Hadjar Dewantara, menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan membangun karakter.
Kesimpulan
Pendirian sekolah oleh Ki Hadjar Dewantara tidak hanya menciptakan tempat belajar, tetapi juga merintis jalan menuju pendidikan yang lebih merata dan berkualitas di Indonesia.
Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati setiap tanggal 2 Mei sebagai hari lahir Ki Hadjar Dewantara menjadi momentum untuk mengenang dan menghormati jasa dan perjuangan serta kontribusinya dalam membentuk masa depan pendidikan Indonesia. Semoga bermanfaat. Salam Gema Santi. Salam Edukasi..!!!
Post a Comment for "Ki Hadjar Dewantara: Warisan Pendidikan Indonesia"